Tanah dan vegetasi di Toraja memberikan kopi berbeda dengan citarasa karamel yang pekat dan kaya, yang banyak dicari oleh para pecinta kopi
Salah satu jenis kopi Indonesia yang terkenal berasal dari dataran tinggi Toraja. Berada pada ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut, Toraja adalah tempat yang ideal untuk membudidayakan beberapa biji kopi terbaik di Indonesia. Tanah dan vegetasi di Toraja memberikan kopi berbeda dengan citarasa karamel yang pekat dan kaya, banyak dicari oleh para pecinta kopi.
Manjakan dirimu dengan esensi utama dari kopi Toraja Arabika. Reguk kopi sembari menikmati pemandangan mempesona dataran tinggi Toraja yang tampak berdiri gagah dalam komposisi yang sempurna dengan kawasan di sekitarnya. Dengan semua kualitas yang luar biasa ini, tidak heran kopi Toraja memiliki stampel “Emas Hitam” di bagian belakang.
Perang kopi adalah pertempuran yang epik dimulai ketika suku Bugis mencoba menaklukkan Toraja pada tahun 1890an, serta-merta dipicu oleh tingginya harga kopi di pasaran.
Pemerintah Hindia Belanda di Batavia adalah orang pertama yang membawa kopi ke Indonesia. Biji Arabika dibawa ke Indonesia dengan kapal dari Sri Lanka pada tahun 1696. Perdagangan makanan yang pertama terdiri dari 2.000 pon kopi yang dibawa berlayar keluar Batavia pada tahun 1717.
Kopi dibawa ke Toraja pada tahun 1850an. Kedatangan penyakit karat pada tahun 1876, yang memusnahkan banyak perkebunan kopi di Jawa, membantu meningkatkan perkebunan kopi di Toraja oleh petani-petani kecil mandiri. Seperti harta karun yang berharga, kopi Toraja memicu permusuhan di antara para bangsawan di masa lalu. Perang kopi adalah pertempuran epik dimulai ketika suku Bugis berusaha menaklukkan Toraja pada tahun 1890an, serta-merta dipicu oleh tingginya harga kopi di pasaran.
Ketika kopi pertama meninggalkan Indonesia, harganya mencapai beberapa dolar per-kilogram. Kopi adalah komoditi mewah yang di luar jangkauan orang biasa. Mereka yang bisa membeli kopi adalah para bangsawan dan pedagang. Pada tahun 2014, Indonesia adalah produsen kopi ketiga terbesar dunia, dengan produksi lebih dari 540.000 metrik ton dan kopi menjadi salah satu komoditi pangan paling populer di dunia.
Fakta menunjukkan kopi Toraja berada di bawah perlindungan Geographical Indication (GI) yang memberikan citarasa unik yang tidak ada bandingannya di dunia
Hingga hari ini, sebagian besar produksi kopi Toraja masih dihasilkan oleh petani-petani kecil dengan sekitar 5% datang dari tujuh perkebunan yang lebih besar. Sebagai kawasan pegunungan hasil kopi dari Toraja relatif sedikit sekitar 300 kg per-hektar. Biji-biji kopi di kawasan ini dipetik dan dipilih dengan tangan untuk memastikan kualitas kopi.
Kapasitas produksi kopi yang sedikit dikombinasikan dengan kualitas biji kopi membuat kopi Toraja salah satu dari kopi yang paling dicari di dunia. Yang membuat citarasa kopi ini begitu hidup adalah algoritma kompleks yang terkandung dalam atmosfir di Toraja sebagai hasil kondisi geografis, menciptakan lingkungan yang menghasilkan kopi Arabika yang sempurna. Fakta ini membawa kopi Toraja berada di bawah perlindungan Geographical Indication (GI) untuk citarasanya yang unik yang tidak ada bandingannya di dunia. Tempat terbaik untuk mencicipi kopi Toraja selalu ada di dataran tinggi tempat kopi ini berada.