Upacara dan tradisi adalah bagian inti dari budaya Toraja. Salah satu upacara yang paling penting dikenal sebagai Rambu Tu’ka. Festival ini adalah sebuah cara untuk keluarga, masyarakat desa dan orang-orang Toraja untuk berkumpul dan merayakan sebuah acara istimewa.
Kata Rambu Tu’ka dapat harfiah diterjemahkan sebagai ‘asap naik’, asap yang naik atau arahnya ke atas. Perayaan selalu dikaitkan dengan kehidupan. Ada ritual tertentu yang menyertai Rambu Tu’ka. Misalnya, Rambu Tu’ka selalu diadakan di pagi hari di sebelah timur dari Tongkonan utama.
Seperti layaknya ‘pesta’, Rambu Tu’ka memiliki berbagai jenis Rambu Tu’ka. Ada, misalnya, Aluk Tanaman, yang merupakan ritual yang diadakan setelah panen sukses. Ada Aluk Ma’lolo, yang diadakan untuk merayakan kelahiran. Jenis yang paling umum dari Rambu Tu’ka adalah Mangrara Banua, yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Para tamu yang menghadiri Rambu Tu’ka diwajibkan untuk berpartisipasi dalam tarian Ma’sandong. Selama tarian, para tamu berpegangan tangan satu sama lain. Ini adalah bentuk untuk merepresentasikan orang-orang datang bersama-sama dan diterima di masyarakat.
Menghadiri Rambu Tu’ka adalah kesempatan untuk mengalami kayanya budaya Toraja. Musik, tarian, dan ritual adalah bagian dari perayaan yang menyertai Rambu Tu’ka. Puncak upacara adalah pengorbanan kerbau dan babi.
Seperti yin dan yang, ada Rambu Tu’ka dan Rambu Solo. Rambu Solo diadakan selama masa berkabung dan berkaitan dengan kematian. Peristiwa ini selalu diadakan di sore hari di sebelah Barat dari Tongkanan utama, walaupun ada tarian dan nyanyia, biasanya terlihat dan terasa lebih tenang.
Kesempatan untuk menghadiri baik Rambu Tu’ka atau Rambu Solo tidak boleh dilewatkan. Peristiwa ini adalah waktu di mana keluarga, masyarakat dan orang-orang Toraja datang bersama-sama untuk mengekspresikan budaya mereka.