Etnik Toraja
Di masa lalu, masyarakat Toraja hidup terisolasi sehingga perkembangan kebudayaannya lamban, begitu pula dengan upaya-upaya komunikasi dan transportasi. Wilayah ini tumbuh lebih lamban dibandingkan masyarakat Bugis atau Makasar yang menempati dataran rendah. Meski semua tanah datar di kawasan mereka digunakan untuk pertanian, hasil pertaniannya hanya cukup untuk menafkahi penduduk setempat, membuat orang-orang Toraja hidup di komunitas yang terkonsentrasi dan kecil dan berdiri sendiri.
Kebijaksanaan dari Dataran Tinggi
Tanah di Toraja yang bisa ditanami sangat terbatas mengingat kontur tanah bebatuan. Kawasan ini terisolasi dengan pembatas alami, menjadikannya sulit untuk melakukan perdagangan keluar. Dalam kondisi seperti ini, orang-orang kuno di Toraja harus menggantungkan diri pada bahan baku terbatas yang mereka miliki. Kondisi seperti ini mengubah Toraja menjadi ekosistem yang harus bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dan dengan pilihan yang serba terbatas, leluhur Toraja memilih cara bertahan hidup yang paling tua dan menarik: harmoni.
Rumah Tradisional
Tongkonan, sebuah keajaiban arsitektur dari permulaan peradaban Toraja, jauh dari sekedar tempat tinggal sederhana. Rumah tradisional ini merepresentasikan hubungan yang rumit antar generasi. Tongkonan menjalankan fungsi untuk menjaga kedamaian dan nilai-nilai di masyarakat. Sebuah Tongkonan dimiliki oleh To Ma’rapu, sebuah keluarga trah yang memiliki ikatan darah. To Parengne’, klan para tetua bertanggung jawab mendidik perpanjangan keluarga di dalam Tongkonan tentang ajaran-ajaran leluhur dalam menjalani hidup.
Situs Pemakaman
Tidak ada daerah lain di bumi ini di mana kata kematian dan kemewahan bisa berdampingan dalam satu kalimat seperti di Toraja. Di tanah penuh pesona ini, kematian tidak pernah menyimpan kesedihan. Sebaliknya, ini merupakan tujuan utama kehidupan, kerinduan untuk dirayakan baik oleh yang meninggal maupun keluarga yang ditinggalkan. Sorakan yang menggema di puncak-puncak bukit, sebuah pesta besar untuk semua tamu, dan tarian tradisional mendefinisikan kembali apa yang manusia lihat sebagai sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang indah.